Rara Sekar dan Isyana Sarasvati. Foto: @rarasekar/instagram
Jakarta - Pasangan Luana Marpanda dan Sapta Dwikardana dikaruniai dua anak yang mereka sadari mempunyai sifat dominan. Dua anak tersebut berjulukan Isyana Sarasvati dan Rara Sekar. Mengetahui sifat dan kecenderungan anaknya tersebut, mereka pun membebaskan anak-anaknya menjadi apapun yang mereka inginkan. Rara sang abang tumbuh menjadi wanita yang kritis dan bekerja di sebuah LSM sebelum kesannya menempuh pendidikan pasca sarjana di Selandia Baru. Ia bermusik, namun hanya menyebabkan musik sebagai hobi dan sarana menyalurkan energi.
Sedangkan sang adik, Isyana Sarasvati, menjadi seorang musisi yang sukses dan terkenal. Ia pernah menempuh pendidikan musik secara formal di Singapura dan Inggris. Kembali ke Tanah Air, karier bermusik Isyana semakin moncer.
Ditemui di Sony Music Indonesia, Semanggi, Jakarta Selatan, Rara dan Isyana membuatkan dongeng mengenai masa kecil mereka dan bagaimana kedua orang tuanya memperkenalkan mereka pada musik. Kakak beradik tersebut pernah menghabiskan masa kecilnya di Belgia. Sepulangnya ke Indonesia, Isyana dan Rara kecil sama-sama mengikuti les musik.
Meski diperkenalkan pada dunia musik, namun mereka mengaku keluarga menawarkan sepenuhnya kebebasan pada apa yang mereka inginkan dan apapun pilihan mereka.
Masa kecil Isyana dan Rara Sekar. Foto: Instagram |
"Mereka menawarkan anak kebebasan untuk menentukan apa yang bawah umur mereka sukai dan apa yang mereka cintai. Agak susah ya, alasannya anak tuh kadang jadi perpanjangan tangan orang tua, tapi mereka sangat membebaskan. Mereka nggak terlalu mengkhawatirkan alasannya mereka tahu apa yang kami jalani sepenuh hati dan serius," kata Rara Sekar kepada detikHOT.
Keduanya mengenang, jauh sebelum kakak-beradik tersebut merilis lagu duet mereka, 'Luruh', ternyata keduanya pernah membuat sebuah album yang dijual terbatas di kalangan tetangga dan teman-teman orang renta mereka.
Saat itu Isyana masih berusia 9 tahun sedangkan Rara berusia 11 tahun. Di album tersebut, mereka menyanyikan ulang lagu-lagu jazz, contohnya lagu dari penyanyi Frank Sinatra. Bila Rara menyanyikan 'Fly Me to the Moon', Isyana membawakan 'New York, New York'.
"Jadi kaya cover lagu-lagu jazz klasik, direkam di studio di Bandung. Ibu yang bikin, covernya ada foto kita. Rilis internal, dijualnya ke tetangga, dijual di sekolah musiknya Ibu," kenang Rara.
"Judulnya 'Rara dan Isyana'. Generik sekali. Ada satu lagu yang kami buat masing-masing dua-duanya wacana ibu," tambah Isyana sambil tertawa.
Jalan Berbeda
Kendati sama-sama berkarier di industri musik, Rara Sekar dan Isyana Sarasvati menentukan jalur yang berbeda. Meski keduanya merasakan les musik semenjak kecil sampai remaja, rupanya mereka berdua mempunyai pandangan yang berbeda terhadap musik.
Rara Sekar mengaku tidak menikmati mempelajari musik lewat aneka macam les musik yang diberikan orang tuanya.
"Aku tuh kaya malas gitu, malas latihan. Kaya nggak suka dengan konsep ada lagu terus dilatih. Karena untuk disiplin teknik, waktu itu nggak masuk di logika aku, nggak menyenangkan. Aku berhenti sih, pas kuliah saya nggak les sama sekali," ceritanya.
"Kaya buat apa sih musik bila cuma buat mainin lagu orang. Waktu itu saya pikir, nggak ada poinnya, tapi ternyata bisa juga bikin karya sendiri. Kalau saya jadi guru musik, saya akan ngasih bekal ilmu ke mereka bila kau bisa membuat karya gitu," tambahnya.
Masa kecil Isyana dan RaraSekar. Foto: Instagram |
Kendati merasa malas dengan acara berlatih musik, Rara Sekar sempat merasa bahwa musik bukanlah bakat dan jalan hidupnya. Akan tetapi pandangan tersebut berubah ketika ia membuat proyek musik berjulukan Banda Neira bersama Ananda Badudu.
Rara bercerita bahwa awalnya, Banda Neira hanyalah proyek bersenang-senang. Ia membuat lagu bersama Ananda Badudu dan kemudian diunggah ke situs Soundcloud untuk bisa didengarkan dan diunduh secara gratis.
Tak pernah terlintas di pikiran Rara bahwa keisengannya itu akan membawa perjalanan yang cukup jauh baginya. "Ketika beliau bergulir menjadi sesuatu yang dikenal lebih dari itu, gimana ya, jadi kaya nggak antisipasi aja sih. Tapi ya udah memang harus konsekuen dengan apa yang terjadi ya. Tapi memang dari awal beliau bukan project yang saya ingin bermusik dan saya nggak pernah berpikir begitu," akunya.
Menelurkan dua album dengan Banda Neira yang bertajuk 'Berjalan Lebih Jauh' (2013) dan 'Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti' (2016), duo tersebut tetapkan bubar pada simpulan 2016.
Kini Rara Sekar tergabung dalam proyek musik Daramuda bersama Danilla dan Sandrayati Fay. Ia pun masih merasa bahwa musik bukan satu-satunya karier yang ia jalani.
"Sekarang jadinya jadi unik ya. Aku tetap butuh channel itu, si musik ini untuk menyalurkan energi dan lain-lain. Tapi di sisi lain itu bukan satu-satunya hal yang memberi saya makna dalam hidup, jadi aku, bila saya dualisme di situ," kisahnya.
Berbeda dengan Rara Sekar, Isyana justru semenjak awal sudah yakin bahwa berkarier di musik yakni jalan hidup yang ingin ia jalani. Mengenal musik semenjak usia belia, ada banyak instrumen yang pernah dipelajari oleh pelantun 'Keep Being You' ini, di antaranya piano, biola, saxophone, dan flute.
"Kalau saya tuh memang dari kecil kepingin sekolah musik," ucap Isyana yang juga mengaku dalam satu hari ia bisa menghabiskan 7 sampai 8 jam untuk berlatih musik di rumahnya.
Beruntung kedua orang tuanya menyadari bakat dan kemauan keras anaknya tersebut. "Akhirnya saya diikutin perlombaan sama Ibu aku, pada 2008 komposisi saya masuk ke perlombaan dunia dan dikonserin di Jepang. Namanya anak kecil dikasih penghargaan, makin semangat lah. Dari situ, oke, ini passion saya di musik," kenangnya.
"Akhirnya saya izin untuk masuk universitas, sekolahnya pun inginnya musik. Inginnya jadi perkerja seni. Inginnya jadi profesi, bukan cuma hobi," kisahnya lagi.
Isyana masih ingat dikala kecil, kedua orang tuanya juga memasukkannya ke dalam les mata pelajaran. Merasa tak betah dengan mata pelajaran komplemen yang diterimanya ia pun meminta izin untuk keluar.
Setelah berhenti les, Isyana rupanya bisa pertanda bahwa ia bisa memperoleh peringkat di sekolah tempatnya menuntut ilmu dikala itu. "Dari situ ibu kaya yang, 'Saya percaya dengan anak saya'," ucapnya.
Rara Sekar dan Isyana Sarasvati. Foto: Noel/detikFoto |
Selepas lulus SMA, Isyana pun melanjutkan pendidikannya di Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura dan Royal College of Music di Britania Raya.
"Aku nggak ada pilihan lain, dari awal kan saya memang ingin masuk sekolah musik ya, kalua nggak ya saya nggak tahu. Aku nggak kepikiran masuk HI (hubungan internasional), ekonomi, hukum. Kaprikornus alhamdulillah benar-benar bisa sanggup apa yang saya inginkan," ujarnya.
Saling Dukung dan Menginspirasi
Meski menentukan jalan yang berbeda dalam mengarungi dunia musik, namun Rara dan Isyana mengaku saling mendukung satu sama lain.
"Kami sering diskusi wacana apa yang kami hadapi di dunia musik, bedanya bila Isyan kan full time, bila saya nggak full time jadi musik saya sedikit. Kaprikornus saya sering banget nanya, eh gimana sih problem kontrak, legalitas, gitu-gitu. Kalau Isyan mungkin sering nanya, eh gimana, ada ide nggak? Lebih ngomongin ide-ide saja," urai Rara.
Selain saling mendukung dan membuatkan pada satu sama lain. Isyana mengaku bahwa kakaknya sempat menjadi inspirasinya dalam membuat sebuah karya. Karya tersebut berupa komposisi yang berjudul 'Wings of Foreshadow'.
Komposisi itu yang berhasil membawanya untuk mengikuti perlombaan sampai dirinya bisa konser di Jepang pada 2008 silam.
"Sebenarnya itu terinspirasi dari kepergian beliau (Rara) ke Amerika. Karena sobat saya sedikit, hanya sobat dan keluarga, jadi bila sekalinya ditinggal tuh kaya ada yang hilang. Terinspirasi lah bikin lagu," kisah Isyana.
Bertepatan dengan kepergian Rara Sekar ke Amerika Serikat pada 2007, ternyata sang ibunda menyampaikan pada Isyana bahwa ada perlombaan musik berjulukan Junior Original Concert (JOC). Kompetisi musik tersebut memperlombakan komposisi yang dibentuk oleh bawah umur berusia di bawah 15 tahun.
Rara Sekar dan Isyana Sarasvati. Foto: Instagram Isyana Sarasvati |
Dari tingkat antar sekolah musik, Isyana berhasil menang di tingkat nasional untuk kemudian berlomba di tingkat Asia. "Masuk nasional dan masuk Asia, saya sudah bangga, sudah merasa cukup. Tapi ternyata tiba-tiba ditelepon dibilang terpilih sebagai 12 besar dari 25.000 komposisi yang dikirim," dongeng Isyana.
Pengalaman itu sampai sekarang selalu disyukuri oleh Isyana. Sebab itu pertama kalinya ia tampil dalam konser berskala besar yang ditonton oleh ribuan orang. "Itu pertama kali saya manggung ditonton oleh 3000 orang," ujarnya.
Kini keduanya berduet dalam sebuah lagu berjudul 'Luruh'. Selain berduet, mereka juga menulis lagu tersebut berdua. Lagu tersebut masuk ke dalam album soundtrack film 'Milly & Mamet' bersama penyanyi lainnya, yakni Jaz dan Sissy Prescillia.